Berdirinya Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran merupakan suatu perubahan yang penting dengan masuknya pengaruh tradisi Hindu Budha, khususnya Jawa Barat. Kapan kerajaan-kerajaan tersebut berdiri? Bagaimana perkembangan Kerajaan-kerajaan Hindu Buddha?
1. Kerajaan Galuh
Kerajaan Galuh adalah suatu kerajaan Sunda di Pulau Jawa yang wilayahnya terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Cipamali di ebelah timur. Kerajaan ini merupakan penerrus dari Kerajaan Kendan bawahan Tarumanegara.
Kata “Galuh” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sejenis batu permata. Kata “galuh” juga digunakan sebagai sebutan bagi ratu yang menikah (“raja puteri). Kerajaan Galuh merupakan penyatuan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanegara. Menurut sumber sejarah, ibukota kerajaan Sunda berada di daerah Bogor, sedangkan kerajaan Galuh berada di daerah Ciamis, tepatnya di Kawali.
Kata “Galuh” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sejenis batu permata. Kata “galuh” juga digunakan sebagai sebutan bagi ratu yang menikah (“raja puteri). Kerajaan Galuh merupakan penyatuan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanegara. Menurut sumber sejarah, ibukota kerajaan Sunda berada di daerah Bogor, sedangkan kerajaan Galuh berada di daerah Ciamis, tepatnya di Kawali.
a. Sumber sejarah :
1. Prasati Mandiwunga
2. Prasasti Cikajang
3. Prasasti Galuh, berbahasa Sunda Kuno. Prasasti ini diperkirakan dibuat abad 14-15 Masehi. Isinya sangat ringkas dan merupkan candrasangkala yaitu [wa]ra buta Mahisa hire.
4. Kisah perjalanan Prabu Jaya Pakuan (Bujangga Manik) dengan melukiskan : sadatang ka tungtung sunda , mentasing di Cipamali, datang ka alas Jawa (ketika ku mencapai perbatasan Sunda, aku menyebrangi sungai Cipamali (kali Brebes), dan masuklah aku hutan Jawa)
5. Carita Parahyangan yang ditulis pada tahun 1518 Masehi, Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja selama lima belas tahun (597-612) yang kemudian menjadi pertapa di Layungwatang, kemudian kekuasaan diteruskan kepada putranya Wretikandayun yang dinobatkan pada tangggal 14 suklapksa bulan Caitra tahun 134 Saka (kira-kira 23 Maret 612 Masehi).
b. Raja-raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon, yang berjumlah 13 nama raja
No | Nama Raja | Masa Pemerintahan | Keterangan |
1 | Wretikandayun | 670-702 | |
2 | Rahyang Mandiminyak | 702-709 | |
3 | Rahyang Bratasenawa | 709-716 | |
4 | Rahyang Purbasora | 716-723 | Sepupu no.3 |
5 | Sanjaya Harisdarma | 723-724 | Anak no. 3 |
6 | Adi Mulya Premanadikusuma | 724-725 | Cucu no. 4 |
7 | Tamperan Barmawijaya | 725-739 | Anak no. 5 |
8 | Manarah | 739-783 | Anak no. 6 |
9 | Guruminda Sang Minisri | 783-799 | Menantu No. 8 |
10 | Prabu Kertayasa Dewasaleswara Sang Tri Wulan | 799-806 | |
11 | Sang Walengan | 806-813 | |
12 | Prabu Linggabumi | 813-852 | |
13 | Parbu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus | 819-891 |
2. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribu kota Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Kerajaan ini sering disebut juga dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibu kotanyaPakuan Pajajaran.
Sejarah Kerajaan Pajajaran tidak lepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya yaitu Kerajaan Tarumanegara.
a. Sumber Sejarah:
a. Sumber Sejarah:
1. Prasasti Batu Tulis, yang berisi tentang penobatan raja Sri baduga, ketika menerima Galuh dari ayahnya Prabu Dewa Niskala yang kemudian beregelar Prabu Guru Dewapranata. Kedua ia menerima tahta kersajaan dari mertuanya Susuktunggal., dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji.
2. Prasasti Sang Hyang Tapak, Sukabumi
3. Prasasti Kawali, Ciamis
4. Tugu Perjanjian Portugis
2. Prasasti Sang Hyang Tapak, Sukabumi
3. Prasasti Kawali, Ciamis
4. Tugu Perjanjian Portugis
b. Raja-raja Pajajaran
1. Sri Baduga Maharaja (1482-1521), atau Ratu Dewata memerintah selama 39 tahun. Sri baduga lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi, yang tercantum dalam kropak 630 sebagai lakon pantun.
2. Surawisesa (1521-1535), putranya Sunda dari Mayang Sunda dan cucu dari Susuk tunggal. Dalam Carita Parahyangan ia memerintah selama 14 tahun dan malakukan 15 kali pertempuran.
3. Ratu Dewata (1535 - 1543), ia dikenal sebagai panglima perang yang perkasa dan pemberani, membangun tega Maharena Wijaya.
4. Ratu Sakti (1543-1551), ia bersikap keras dan lalim.
5. Raga Mulya (1567-1579), merupakan raja terakhir Kerajaan Pajajaran. Dalam naskah sebagaiPrabu Suryakencana, sedangkan dalam Carita Parahyangan dikenal Nusya Mulya. Dalam Kitab Pustaka Nusantara III/I, dan Kretabumi I/2 tentang lenyapnya Kerajaan Pajajaran pada tanggal 11 bagian terang bulan Waseka tahun 1501 Saka.
1. Sri Baduga Maharaja (1482-1521), atau Ratu Dewata memerintah selama 39 tahun. Sri baduga lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi, yang tercantum dalam kropak 630 sebagai lakon pantun.
2. Surawisesa (1521-1535), putranya Sunda dari Mayang Sunda dan cucu dari Susuk tunggal. Dalam Carita Parahyangan ia memerintah selama 14 tahun dan malakukan 15 kali pertempuran.
3. Ratu Dewata (1535 - 1543), ia dikenal sebagai panglima perang yang perkasa dan pemberani, membangun tega Maharena Wijaya.
4. Ratu Sakti (1543-1551), ia bersikap keras dan lalim.
5. Raga Mulya (1567-1579), merupakan raja terakhir Kerajaan Pajajaran. Dalam naskah sebagaiPrabu Suryakencana, sedangkan dalam Carita Parahyangan dikenal Nusya Mulya. Dalam Kitab Pustaka Nusantara III/I, dan Kretabumi I/2 tentang lenyapnya Kerajaan Pajajaran pada tanggal 11 bagian terang bulan Waseka tahun 1501 Saka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar