Jumat, 09 Desember 2011

Peninggalan Sejarah

        

Tempat Asal Para Pembawa Islam di Indonesia

Tempat asal para pembawa Islam di Indonesia:
1.     Marcopolo (1292), dalam perjalanan pulang dari negeri Cina kemudian mengunjungi Pulau Sumatera.Pelabuhan yang pertama dikunjungi adalah Ferlec (disamakan dengan Peureulak). Menurut Marcopolo  Peureulak banyak dikunjungi oleh pedagang muslim.
2.  Muhamad Ghor, merupakan tokoh penyebar Islam dari Gujarat. Para pedagang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia.
3.  Snouck Hurgronje, berpendapat bahwa pembawa Islam berasal dari Gujarat abad ke-13, diperkuat oleh J.P Mouquette yang melihat kesamaan batu nisan Malik Al-Shaleh dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat.
4.    Ibn Batuta, menemukan adanya Sultan yang mengikuti upacara Syafei serta menemukan makam Islam di kota Samudera yang berangka tahun 1421.
5.  Diego Lopez de Sequera, tahun 1509 mengunjungi Pasai yang merupakan pusat budaya dan ajaran Islam kemudian berkembang ke berbagai daerah di Indonesia.
6.   Pijnappel, berpendapat bahwa pembawa Islam berasal dari Gujarat dan Malabar dengan alasan bahwa orang Arab yang bermahzab Syafei berimigrasi dan menetap kesuatu daerah yaitu Gujarat. Batu nisan Malik Al-Shaleh lebih mirip dengan batu nisan yang ada di Gujarat.
7.    Fattini, berpendapat bahwa batu nisan Malik Al-Shaleh yang berbeda dengan batu batu nisan yang ada di Gujarat. Batu nisan Malik Al-Shaleh lebih mirip dengan batu nisan yang ada di Benggala. Dengan demikian asal para penyebar Islam dari Indonesia adalah dari Benggala yang kini dikenal dengan sebutanBangladesh.
8.  Morisson dan Arnold mengatakan bahwa masuknya Islam di Indonesia dibawa oleh orang-orang Coromandel dan Malabar
9.     Crawford dan Hamka berpendapat bahwa Islam berasal langsung dari Mekkah.
10.  Husein Djajadingrat berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari  Persia, yang menitikberatkan pada tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia.
11.  Sir Richard Winsted, menyatakan bahwa Parameswara (raja Malaka) telah memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Iskandar Syah. Hal ini dilakukan karena Malaka memiliki posisi strategis bagi perdagangan dan pelayaran.

Pendapat para ahli tentang proses awal penyebaran Islam di kepulauan Indonesia

Menurut Ahmad Mansur Soeryanegara, hipotesis tentang masuknya Islam ke Indonesia dengan tiga hipotesis :
1.  Hipotesis Gujarat (abad ke-13)
            Hipotesis Gujarat yaitu diperkuat dengan terjadinya hubungan dagang Indonesia dengan India yaitu Indonesia- Cambay-Timur-Tengah-Eropa, adanya batu nisan Sultan Malik Al-Saleh tahun 1297 yang bercorak Cambay-Gujarat. Teori ini didukung oleh Snouck Hourgoronye, WF Stuterheim, Bernard HM Vlekte serta sumber dari Marcopolo yang pernah singgah di Peurlak tahun 1292 M.
2.   Hipotesis Mekkah
            Hipostesis Mekkah merupakan sanggahan dari Hipotesis Gujarat dengan dasar yaitu adanya berita Cina dari Dinasti Tang  yang menyebutkan tahun 647 M di Sumatera telah ada perkampungan Arab. Menurut berita Ibnu Hordadzbeth (844-848 M), pedagang Sulaiman (902 M), Ibnu Rosteh(903 M), Abu Yazid (916 M), dan ahli geografi Mas’udi (955 M). Kerajaan Samudera Pasai berada dibawah kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jalur perdagangan  dengan kerajaan Oman.
            Kerajaan Samudera Pasai menganut paham Syafei terbesar pada waktu Mesir dan Mekkah sedangkan India/Gujarat bermahzab Hanafi. Gelar raja Samudera Pasai adalah al-Malik merupakan gelar yang berasal dari Mesir. Teori ini didukung HamkaVan LeurTW Arnold menyatakan bahwa abad ke-13 telah ada kekuasaan politik Islam masuk jauh sebelumnya yaitu abad ke-13. 
3.  Hipotesis Persia
            Tokoh sejarawan kita berpendapat , Husein Djajadingrat berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari  Persia abad ke 13, yang menitikberatkan pada tradisi yang berkembang antara masyarakat persia dan Indonesia seperti peringatan 10 Muharam, kata bang, abdas dan masigit   adalah kata yang ada dalam bahasa Persia. dengan harakat, yaitu jabbar (a), jeer (i), pe es (u), padahal bahasa Arabnya fathah (a), kasrah (i), dhomah (u).
            Daerah Sumatera dengan  adanya upacara Taku/Tabuik, di Jawa adanya upacara Bubur Suro, adanya ajaran Syekh Siti Jenar, dan ajaran al Halajj di Iran.

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Hindu Buddha di Indonesia, yaitu :
a. Tidak adanya pembentukan pimpinan yang baru (kaderisasi), seperti yang terajdi pada masa Kerajaan Majapahit. Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi memegang segala jabatan yang penting, ia tidak memberi kesempatan kepada generasi penerus untuk tampil, sehingga setelah meninggal Gajah Mada tidak ada penggantinya yang cakap dan berpengalaman.
b. Kelemahan pemerintahan pusat sebagai akibat berlangsungnya perang saudara seperti Perang Paregregyang justru melemahkan kekuasaan kerajaan seperti Bre Wirabhumi dengan Wikrama Wardhana.
c. Terdesaknya kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan kuat. Contohnya kerajaan Majapahit diserang kerajaan Demak.
d.  Berlangsungnya perang saudara seperti Perang Paregreg  yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan seperti Bre Wirabumi dengan Wikrama Wardhana.
e. Banyaknya daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintahan pusat dan kerajaan-kerajaan bawahanya membuat kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintahan pusat
f.   Kemunduran ekonomi dan perdagangan.
  g.   Masyarakat mulai tertarik dengan agama Islam yang disebarkan dari Malaka, Gresik dan Tuban.

Kerajaan Hindu-Budha (Galuh dan Pajajaran) ke Indonesia

Berdirinya Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran merupakan suatu perubahan yang penting dengan masuknya pengaruh tradisi Hindu Budha, khususnya Jawa Barat. Kapan  kerajaan-kerajaan tersebut berdiri? Bagaimana perkembangan Kerajaan-kerajaan Hindu Buddha?
1.  Kerajaan Galuh
              Kerajaan Galuh adalah suatu kerajaan Sunda di Pulau Jawa yang wilayahnya terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Cipamali di ebelah timur. Kerajaan ini merupakan penerrus dari Kerajaan Kendan bawahan Tarumanegara.
              Kata “Galuh” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sejenis batu permata. Kata “galuh” juga digunakan sebagai sebutan bagi ratu yang menikah (“raja puteri). Kerajaan Galuh merupakan penyatuan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanegara. Menurut sumber sejarah, ibukota kerajaan Sunda berada di daerah Bogor, sedangkan kerajaan Galuh berada di daerah Ciamis, tepatnya di Kawali.
      a. Sumber sejarah :
1. Prasati Mandiwunga
2. Prasasti Cikajang
3. Prasasti Galuh, berbahasa Sunda Kuno. Prasasti ini diperkirakan dibuat abad 14-15 Masehi. Isinya sangat ringkas dan merupkan candrasangkala yaitu [wa]ra buta Mahisa hire.
4. Kisah perjalanan Prabu Jaya Pakuan (Bujangga Manik) dengan melukiskan : sadatang ka tungtung sunda , mentasing di Cipamali, datang ka alas Jawa (ketika ku mencapai perbatasan Sunda, aku menyebrangi sungai Cipamali (kali Brebes), dan masuklah aku hutan Jawa)
5. Carita Parahyangan yang ditulis pada tahun 1518 Masehi, Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja selama lima belas tahun (597-612) yang kemudian menjadi pertapa di Layungwatang, kemudian  kekuasaan diteruskan kepada putranya Wretikandayun yang dinobatkan pada tangggal 14 suklapksa bulan Caitra tahun 134 Saka (kira-kira 23 Maret 612 Masehi).

Hipotesis Masuk dan Berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia

       Hipotesis masuk dan berkembangnya agama dan kebuadayaan Hindu Buddha di Indonesia. Hipotesa ini terbagi menjadi :
1.  Hipotesis Waisya
 Hipotesis Waisya dikemukakan oleh NJ Krom dibawa oleh para pedagang yang datang untuk menetap dan menikah dengan orang Indonesia
2.  Hipotesis Ksatria
a. CC. Berg menyatakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu Buddha ialah para petualang yang sebagian besar dari golongan Ksatria. Para Ksatria tersebut ada yang terlibat langsung konflik perebutan kekuasaan di Indonesia.
b. Mookerji menyatakan bahwa para Ksatria ini membangun koloni-koloni yang kemudian berkembang menjadi sebuah krajaan.
c. JL Moens tentang masuknya agama Hindu menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para prajurit disebabkan karena adanya kekacauan politik dan peperangan di India abad ke-4 dan 5 Masehi.Teori penaklukan diekmukakan oleh FDK Bosch.
3.  Hipotesis Brahmana                                                                                
   Hipotesis Brahamana dikemukakan oleh JC. Van Leur tentang masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia  dibawa oleh kaum Brahmana yang mendapat undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu.